Pada awal
tahun 2015 M saya pertama kali menginjakkan kaki di Desa ini, lantaran
menjalankan Sunnah Rasul. Mendengar cerita bahwa tidak jauh dari tempat saya
bermukim terdapat salah satu Makam Wali Allah yang tidak lama baru di temukan
oleh warga sekitar. Lalu jelang beberapa bulan saya juga kesana mengajak istri
saya, ternyata memang terletak di tengah Pesawahan yang di kelilingi Oleh Hutan
Jati.
Satu-satunya Petunjuk |
Salah satu
media Sosial yang saya sentuh waktu itu adalah Facebook, saya titip disana
dokumen-dokumen foto makam tersebut. Jelang
beberapa tahun saya ketemu dengan salah satu warga, tanpa ada tujuan untuk
membahas tema tentang Peran Wali Allah dalam menjaga keseimbangan Alm ini, tiba
tiba warga menyebut makam Wali Allah
yang berada di tengah-tengah Hutan Jati tersebut.
Di Desa Lapa
Daja ini, sebenarnya ada Kuburan Wali Allah juga, yang keberadaannya tidak
terawat dan berada di tengah-tengah Hutan sambil menunjukkan tangannya ke arah
tenggara, Kuburan itu panjang sekali ukurannya berbeda dengan Makam-Makam yang
ada di tempat lain dan makam itu, hanya dua Makam. Satunya bernama Syeh
Muhammad Ahmad Ali Wahyu dan yang satunya disebelahnya bernama Nyai Syarifah
Ayu. Tuturnya.
Kondisi Makam |
Lalu saya
sekalian saja menyodorkan beberapa pertanyaan seputar makam tersebut, Beliau
Melanjutkan Penuturannya. Bahwa sebenarnya tidak ada masyrakat yang mengetahui
secara pasti tentang silsilah dari maakan tersebut. Hanya saja mengacu pada
tulisan tulisan yang tertera di batu nisannya. Itupun yang sudah mulai memudar
karena terlalu lamanya terkena terik matahari dan Derasnya air hujan. Beliau
menyampaikan juga adanya petunjuk yang mengisyaratkan supaya berusaha mencari
makam Wali Allah. Kali ini petunjuk itu mengisyaratkan Sering munculnya sinar
dari tengah tengah Hutan, Sinar itu Ke atas dulu baru nantinya mengarah ke Arah
Barat Daya( (Madura; Bara’ Lao’). Itu sering muncul diwaktu tertentu, Biasanya
pada Hari Jum’at dan Hari Selasa. Tutur
Warga Sekitar
Disela-sela
cerita saya nyeletuk . kira-kira siapa yang banyak tahu tentang sejarah makam
kuburan itu, beliau menunjukkan salah satu nama kepada saya untuk di tanyai
terkait makam tersebut. Jelang beberapa hari saya ketemu dengan beliau, Beliau
berna K. Tohari. Beliau ceritan panjang lebar tentang makam tersebut. Ada kesamaan
penyampaian sejarah dengan cerita yang beredar di masyarakat. Bahwa memang
tidak ada yang tahu pasti tentang sejarah dan silsilah makam tersebut, karena
memang dari semenjak di temukannya makam tersebut, memang begitu adanya. Dan melalui
isyarat sering munculnya Nur dari area Makam tersebut. Beliau juga menuturkan bahwa
dulu hanya tertera Sebuah Tulisan di Batu makamnya yaitu Syeh Muhammad Ahmad Ali Wahyu dan Nyai Syarifah Ayu Dari Kalampes. Beliau
Juga Menceritakan, disana sebenarnya ada nama kampungnya menurut cerita-cerita
nenek moyang terdahulu. Yaitu Kampung Omaan.
Mengacu Pada
data yang ada di Desa Lapa Daya, Desa Lapa Daya ini hanya terdapat tiga
Kampung/Dusun, yaiutu Dusun Muara, Dusun Telbuk, dan Dusun Ares Tenga. Tidak menutup
kemungkinan Nama Omaan itu nama kampung jaman Belanda dulu atau pada zaman
kerajaan. Karena memang menurut cerita cerita bahwa di sini ini syarat dengan
tempat –tempat sejarah. Mulai dari sejarah para Wali dan Sejarah sisa Kerajaan.
Hanya saja karena masyarakat tidak tahu tentang itu, ahirnya tidak jarang
tanda- tanda sejarah itu mulai punah. Tuturnya
Beliau Menambahkan,
Dulu saya sempat mendengar, kalau di ujung Pulau Madura ini letaknya Kabupaten
Sumenep memang terdapat Makam Wali Allah yang tidak di rawat. Saya berpikir ya
dimana lagi kalo tidak di Dea ini, karena desa ini ujung madura daratannya. Setelah
itu pantai lepas menuju pulau –pulau, kalimantan, masalembo, dan pulau –pulau lainnya.
Ahirnya mulailah warga banya yang mencari makam wali tersebut. Tapi itu jauh
sesudah adanya tanda-tanda cahaya tadi yang sering muncul dan makam tadi sudah
di temuakan. Tutur Beliau
Emhade
Untuk Lebih Jelas dan Detailnya Bisa Kunjungi
Channel Kolom
Sejarah
Komentar