Suku Madura Jaman Dulu dalam Ilustrasi |
Seperti yang terdapat dan tertulis dalam sejarah sejarah
besar, Pernah terjadi perpindahan suku besar besaran dari Asia tenggara. Hingga
ahirnya perpidahan mereka melahirkan bangsa-bangsa saat itu, dan sebagian terus
berpidah keselatan mengarungi Samudera hingga ahirnya tida di pulau-pulau
Nusantara.
Perpindahan ini tidak serta merta secara spontan, akan
tetapi perpidahan ini secara ber angsur-angsur, kelompok demi kelompok dalam
jangaka waktu yang panjang. Beberapa abad lamanya bangsa pendatang ini menetap
dan menyebar di seluruh pulau pulau di Nusantara hingga ahirnya ketemulah
dengan Bangsa Melayu.Mereka memiliki kesamaan dalam hal mengkosumsi makanan,
dan dalam menamakan benda benda juga ada kesamaan, Semuanya
juga ternyata sama-sama senang mengadu ayam. Begitu pula warna kulit, bentuk muka,
perawakan badan serta sifat fisik serta tubuh lainnya memang menunjukkan bahwa
orang-orang Nusantara itu berasal dari rumpun bangsa yang sama. Salah satu kelompok bangsa yang pindah
mengarungi laut itu terdampar ke suatu pulau kecil yang terletak di utara,
ujung timur pulau Jawa. Para pendatang ini lalu menetap di sana untuk kemudian
menjadi nenek moyang bangsa Madura. Seperti bangsa Piah, Campa dan Jai di
Kocincina mereka mengacu pada apai dengan mana apoy, menyebut istrinya bine dan
memakai kata ella untuk menyatakan sudah.
Berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya. Bahasa
mereka mengenal konsonan rangkap seperti bassa, cacca, daddi, kerrong dan
pennai. Jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang mendiami pulau-pulau
di sekitarnya, leluhur orang Madura ini umumnya memiliki tengkorak yang lebar
seperti mendatar dengan tulang pipi lebih menonjol. Raut muka mereka tidak
begitu halus dan warna kulitnya lebih gelap.
Dari beberapa penelitian sejarah tidak dapat
dipastikan apakah sesampainya di pulau yang akan menjadi tempat huniannya
cikal-bakal suku bangsa Madura yang menjumpai penduduk asli
Nusantara. Jika ada maka penduduk asli akan dapat dikalahkan alasan mereka
masih berkebudayaan batu tua (paeolitik). Sebagai pendatang baru dari
utara itu telah berkebudayaan batu baru (neolitik), seperti disetujui oleh
peninggalan mereka yang diketemukan di Madura. Jadi mereka telah
berkemampuan mengupam atau mengasah batu menjadi beliung atau kapak persegi,
yang dapat pula dijadikan pacul.
Komentar